Suara Ponorogo – Longsoran tanah persawahan yang merusak tanaman padi milik warga desa tumpak pelem, Kec Sawoo, Kabupaten Ponorogo dipastikan Fenomena likuifaksi dalam sekala kecil.
Kabid Kedaruratan dan Logistik, BPBD Ponorogo Surono menjelaskan, bahwa likuifaksi yang terjadi di Desa Tumpukpelem pernah terjadi pada 40 tahun silam sehingga ada segmenditasi yang saat ini dijadikan lahan persawahan lagi oleh warga.
![Surono, Kabid Kedaruratan dan Logistik, BPBD Ponorogo [ponorogo.suara.com/dedy.s]](https://media.suara.com/suara-partners/ponorogo/thumbs/1200x675/2023/05/05/1-surono.jpeg)
Masih dari penjelasan yang sama, pemicu fenomena tersebut disebabkan karena ada air yg masuk ke titik jenuh karena ada beban, akibatnya lahan tanah padat langsung berubah menjadi lumpur dan menerjang area persawahan dibawahnya.
“Memang itu kejadian berulang 40 tahub lalu pernah terjadi Sehingga ada segmenditasi sekarang d tempat itu Dijadikan sawah lagi” ungkapnya kepada ponorogo.suara.com Jumat (5/5/23)
Baca Juga:3 Pemain Kunci yang Bikin Napoli Juara Serie A
Surono menekankan, akibat bencana likuifaksi tersebut, lahan persawahan seluas hampir 1 hektar terdampak retakan tanah sepanjang 150 meter dengan ketinggain 50 meter
“Dampaknya kerusakan di sawah itu Hampir 1 Hektar yg terdampak selain itu Ada beberapa retakan, Sebelah kanan dan kiri mungkin nanti ada Retakan panjang 150 meter Bentuk kerucut atas 5 meter dengan kedalaman hampir 50 meter” ungkapnya
Ia menambahkan, fenomena likuipaksi yang terjadi di Desa tumpak pelem tidak akan berdampak terhadap warga secara langsung, mengingat titik bencana dengan pemukiman warga berjarak sekitar 500 meter
Selain itu, letak lahan yang mengalami bencana posisinya diapit dua sungai hingga longsoran lumpur langsung masuk ke dalam sungai.
Baca Juga:Megawati Ingatkan Pejabat Dan Rakyat Bali Jangan Terpesona Dengan Turis Asing